Judul Buku : Rising Strong: How the Ability to Reset Transforms the Way We Live, Love, Parent, and Lead
Penulis : Brené Brown
Tahun Terbit : 2015
Genre : Psikologi Emosional, Pengembangan Diri, Kepemimpinan
Dalam hidup ini, jatuh itu pasti.
Baik itu dalam bentuk kegagalan bisnis, putus hubungan, atau kekecewaan pribadi, setiap orang pasti pernah mengalami masa di mana mereka merasa hancur.
Dalam Rising Strong, Brené Brown memberikan panduan emosional yang mendalam tentang bagaimana kita tidak hanya bangkit dari kegagalan, tapi bangkit dengan lebih kuat dan lebih bijak.
Jika Daring Greatly membahas pentingnya kerentanan, maka Rising Strong menjawab pertanyaan:
Lalu apa yang harus saya lakukan ketika gagal? Bagaimana saya bisa bangun lagi?
Brown menyebut bahwa proses bangkit terdiri dari tiga tahap utama:
- The Reckoning (Menghadapi Emosi).
- The Rumble (Bertemu Cerita Batin).
- The Revolution (Bangun Ulang Diri).
Proses ini bukan hanya untuk individu, tapi juga bisa diterapkan dalam tim, organisasi, dan keluarga.
💡 Poin Utama Buku
1. Kegagalan Adalah Kesempatan untuk Bangun Lebih Kuat
Brown menyatakan bahwa:
Setiap orang akan jatuh. Yang membedakan kita adalah cara kita bangkit.
Alih-alih melihat kegagalan sebagai akhir, ia mendorong pembaca untuk melihatnya sebagai kesempatan untuk bertumbuh dan menjadi lebih autentik.
2. Proses Rising Strong: The Reckoning, The Rumble, The Revolution
A. The Reckoning: Menghadapi Emosi
- Jangan hindari rasa sakit, malu, atau kekecewaan.
- Biarkan dirimu merasakan emosi tersebut secara sadar.
- Gunakan jurnal atau refleksi untuk memahami apa yang kamu rasakan.
B. The Rumble: Menantang Cerita Batinku
- Semua orang punya cerita batin saat gagal: “Saya tidak cukup baik”, “Ini semua salah saya”.
- Tantang narasi-narasi ini dengan fakta dan kejujuran.
- Pahami bahwa bukan kegagalan itu sendiri yang membuatmu jatuh, tapi cerita yang kamu bangun di sekitarnya.
C. The Revolution: Merancang Ulang Hidup
- Setelah melewati dua tahap sebelumnya, mulailah membangun sistem baru.
- Ubah cara kamu memandang diri sendiri dan dunia.
- Jadikan kegagalan sebagai fondasi untuk identitas dan visi hidup barumu.
Bangkit bukan sekadar pulih. Ini adalah transformasi.
3. Cerita Batin (The Story I Make Up)
Salah satu konsep paling berpengaruh dalam buku ini adalah ide bahwa:
Kita sering kali hancur bukan karena kegagalan itu sendiri, tapi karena cerita batin yang kita ciptakan.
Contoh:
- Seseorang tidak membalas pesan → Anda pikir, “Pasti dia marah sama saya.”
- Gagal wawancara kerja → Anda pikir, “Saya memang tidak layak.”
Padahal, ini hanya asumsi. Dan asumsi itulah yang membuat kita tetap terpuruk.
Brown menyarankan agar kita:
- Tuliskan cerita batin kita.
- Evaluasi apakah itu benar-benar fakta atau hanya spekulasi.
- Ganti narasi negatif dengan narasi yang lebih realistis dan produktif.
4. Malu Harus Diakui, Bukan Dihindari
Banyak orang mencoba menghindari rasa malu dengan:
- Menyalahkan diri sendiri secara keras.
- Menyalahkan orang lain.
- Menyembunyikan kegagalan.
Namun, Brown menyatakan bahwa:
Kalau kamu ingin bangkit, mulailah dengan mengakui bahwa Anda sedang merasa malu.
Langkah-langkah mengelola rasa malu:
- Kenali emosi tersebut.
- Namai apa yang kamu rasakan.
- Berbicara jujur dengan seseorang yang bisa dipercaya.
5. Empat Pilar Bangkit dengan Kuat
Brown menjelaskan bahwa untuk bangkit dengan kuat, kita butuh empat elemen penting:
Pilar | Penjelasan |
---|---|
Keberanian untuk Mengakui Kegagalan. | Jangan pura-pura baik-baik saja jika tidak. |
Kejujuran pada Diri Sendiri. | Jangan bohong pada diri sendiri. Akui kesalahan dan peluang belajar. |
Empati pada Orang Lain. | Bangun hubungan yang aman untuk berbagi. |
Komitmen pada Pertumbuhan. | Jadikan kegagalan sebagai bahan untuk menjadi lebih kuat. |
6. Kekuatan Empati dan Hubungan Saat Bangkit
Brown menekankan bahwa kita tidak bisa bangkit sendirian. Kehadiran orang lain yang bisa dipercaya dan memiliki empati sangat penting.
Ia menyebut bahwa:
- Orang yang memiliki support system lebih cepat bangkit.
- Mereka yang tidak punya siapa-siapa cenderung terjebak dalam rasa malu dan penyesalan.
Kalau kamu ingin bangkit, carilah orang yang mau mendengarkan tanpa menghakimi.
🧩 Tiga Tahapan Proses Rising Strong
Step 1. The Reckoning: Menghadapi Emosi
- Jangan menghindar dari rasa sakit.
- Biarkan dirimu merasakan rasa malu, rasa kecewa, dan kehilangan.
- Gunakan jurnal untuk mengeksplorasi apa yang kamu rasakan.
Kita tidak bisa menyembuhkan apa yang tidak kita akui.
Step 2. The Rumble: Bertemu dengan Cerita Batinku
- Tuliskan cerita batinmu → apa yang kamu anggap sebagai penyebab kegagalan?
- Evaluasi apakah cerita itu fakta atau asumsi ?
- Ganti narasi yang tidak sehat dengan narasi yang lebih realistis dan produktif.
Kita sering kali hancur bukan karena kegagalan itu sendiri, tapi karena apa yang kita pikirkan tentang kegagalan itu.
Step 3. The Revolution: Bangun Ulang Diri
- Ubah cara kamu memandang diri sendiri dan masa depan.
- Bangun sistem kebiasaan yang mendukung identitas barumu.
- Gunakan kegagalan sebagai fondasi untuk hal-hal baru yang lebih bermakna.
Bangkit dari kegagalan adalah bentuk paling tinggi dari kepemimpinan, terutama kepemimpinan atas diri sendiri.
📌 Contoh Penerapan
Kasus 1: Founder Startup yang Gagal
- Masalah : Bisnis pertamanya tutup setelah 2 tahun operasional.
- Solusi :
- Ia menulis jurnal tentang pengalaman, rasa malu, dan cerita batin yang ia bangun.
- Ia berbicara jujur dengan mentor dan pasangannya.
- Ia mengevaluasi ulang model bisnis dan memperbaiki strategi.
- Hasil : Startup kedua sukses dalam waktu 18 bulan.
Kasus 2: Pasangan yang Putus dan Ingin Bangun Lagi
- Masalah : Merasa kehilangan arah dan percaya bahwa ia tidak layak dicintai.
- Solusi :
- Ia menulis cerita batinnya: “Saya tidak cukup baik.”
- Ia menggantinya dengan: “Ini pengalaman yang sulit, bukan definisi siapa saya.”
- Ia bergabung dengan komunitas dukungan emosional.
- Hasil : Ia pulih lebih cepat dan membuka hati untuk hubungan baru.
Kasus 3: Mahasiswa yang Gagal Ujian Penting
- Masalah : Merasa bodoh dan tidak pantas kuliah di jurusan itu.
- Solusi :
- Ia menulis jurnal tentang rasa kecewanya.
- Ia berbicara dengan profesornya untuk evaluasi.
- Ia menggunakan kegagalan sebagai pelajaran untuk persiapan ujian ulang.
- Hasil : Ia naik daftar prestisius dua semester kemudian.
📊 Perbandingan: Cara Bangkit Secara Lemah vs Secara Kuat
Aspek | Bangkit Lemah | Bangkit Kuat |
---|---|---|
Respon Awal | Menghindar dari rasa sakit. | Menghadapi emosi secara langsung. |
Cerita Batin | “Saya gagal, jadi saya tidak pantas.” | “Saya manusia, saya bisa salah dan belajar.” |
Komunikasi | Menutup diri, tidak berbicara pada siapa pun. | Berani berbicara jujur dengan orang yang tepat. |
Refleksi | Tidak ada introspeksi. | Ada proses rumit untuk mengevaluasi diri. |
Hasil | Cepat bangkit, tapi mudah jatuh lagi. | Lebih lambat bangkit, tapi lebih kuat di masa depan. |
📋 Template Checklist: Apakah Saya Sudah Siap Bangkit dengan Kuat?
Gunakan checklist ini untuk mengevaluasi apakah kamu sudah siap melakukan proses Rising Strong :
✅ Saya mau mengakui bahwa saya sedang terluka.
✅ Saya bersedia menulis cerita batin saya.
✅ Saya bisa mengevaluasi apakah cerita itu benar atau hanya asumsi.
✅ Saya punya seseorang yang bisa saya ajak bicara jujur.
✅ Saya siap bangun dengan identitas baru.
Kalau jawaban kamu “Ya” untuk sebagian besar pertanyaan di atas, maka kamu sedang dalam jalur untuk bangkit dengan lebih kuat.
🧠 Refleksi
Rising Strong bukan hanya tentang menjadi kuat setelah gagal. Ini adalah tentang mengizinkan diri untuk jatuh, lalu bangkit dengan lebih bijak dan autentik.
Brown menyimpulkan bahwa:
- Kita semua akan jatuh.
- Tapi bangkitlah dengan kesadaran, kejujuran, dan keberanian.
- Jangan takut pada rasa malu. Malu adalah teman yang buruk, tapi guru yang hebat.
Kita tidak bisa mengontrol jatuhnya kita. Tapi kita bisa mengontrol bagaimana kita bangun.
🎯 Pesan untuk Pembaca
Bangkit dari kegagalan bukan tentang melupakan. Ini tentang menghadapi, mengevaluasi, dan bangun dengan lebih kuat.
Kalau kamu ingin hidup yang lebih resilien dan bermakna, mulailah dengan mengakui rasa sakit, menulis cerita batinmu, dan bertemu dengan kebenaran yang sulit.
📌 Siapa yang Perlu Membaca Buku Ini?
- Orang yang sedang menghadapi kegagalan atau kehilangan.
- Pemimpin tim yang ingin membangun budaya keberanian dan transparansi.
- Individu yang ingin meningkatkan resilience dan mentalitas berkembang.
- Siapa pun yang ingin hidup lebih autentik dan kuat secara emosional.
❓ FAQ (Frequently Asked Questions)
Q1: Apakah buku ini cocok untuk pemula dalam dunia pengembangan diri?
A: Sangat cocok. Buku ini tidak hanya teori abstrak, tapi penuh contoh nyata dan langkah-langkah praktis untuk bangkit dari kegagalan.
Q2: Bisakah Rising Strong diterapkan dalam dunia kerja?
A: Ya. Buku ini sangat relevan untuk manajemen emosi dalam organisasi, membangun budaya kerja yang aman secara psikologis, dan meningkatkan leadership yang tulus.
Q3: Bagaimana kalau saya masih merasa malu untuk berbicara pada orang lain?
A: Itu wajar. Mulailah dengan menulis cerita batinmu sendiri. Setelah siap, pilih satu orang yang bisa dipercaya untuk berbicara jujur.
Q4: Apakah buku ini bisa digunakan dalam terapi atau pendampingan pribadi?
A: Bisa. Banyak pelatih, terapis, dan pembimbing hidup menggunakan konsep Rising Strong dalam sesi konseling dan coaching.
Q5: Apakah buku ini bisa dibaca bersama pasangan atau keluarga?
A: Tentu. Buku ini bisa menjadi alat untuk memahami proses emosional pasangan atau anak-anak saat menghadapi kegagalan atau kekecewaan.